Selasa, 16 April 2013

ANTISIPASI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL

Oleh : Muhammad Makhfud

 Krisis ekonomi Global adalah peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan/degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia.Sebagai contoh bahwa
negara adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia yang mengalami keruntuhan besar dari sektor ekonominya. Peristiwa ini mengakibatkan rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu. Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar.

Antisipasi Dampak Krisis Ekonomi Global 

Peringatan Bank Dunia beberapa waktu lalu yang menyatakan adanya ancaman gejolak krisis ekonomi global sepertinya mulai jadi kenyataan di negeri ini. "Indonesia tidak dapat menghindar dari dampak penurunan ekonomi global," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia Stefan Koeberie di Jakarta (12 /7).

Tentu yang harus menjadi perhatian pemerintah saat ini adalah volatilitas harga komoditas dunia, terutama harga-harga komoditas ekspor yang terus mengalami penurunan. Beberapa komoditas ekspor seperti batu bara, karet, minyak sawit, dan tembaga mengalami penurunaan hampir 20%.  Ini penyumbang melemahnya kinerja ekspor, dan bergeraknya neraca ke arah defisit perdagangan.

Kenyataan ini diperkuat lagi oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan, neraca perdagangan komoditas nonmigas Indonesia dengan negara ASEAN selama semester I/2012 mengalami defisit US$727 juta. Padahal pasar ASEAN merupakan tujuan utama ekspor Indonesia.
Namun demikian, Bank Dunia mengapresiasi langkah antisipatif yang dilakukan pemerintah. Salah satunya mempersiapkan protokol manajemen krisis (crisis management protocol-CMP). Selain itu, langkah menyiapkan pinjaman siaga juga dinilai sangat baik, khususnya dalam mengantisipasi gejolak saat ini.

Meski demikian, ini bukan berarti ancaman krisis akan berkurang. Pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah (PR) mempersiapkan rencana kebijakan fiskal yang baik. Pemerintah harus lebih efisien dalam belanja guna mendukung kinerja ekonomi dan melindungi masyarakat miskin.
Mau tidak mau, sejumlah langkah itu harus segera dilakukan, sehingga jika krisis menjalar,  pemerintah masih memiliki kepercayaan investor sehingga pertumbuhan investasi masih bisa diakselerasi tetap tumbuh positif.
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mencapai 6,4%. Apabila krisis ekonomi global terus memburuk, pertumbuhan diperkirakan bisa tertekan hingga 4%.
Dari gambaran tersebut, kondisi saat ini Indonesia menghadapi tantangan ganda, yaitu kesiapan mengantisipasi krisis, dan menghadapi guncangan jangka pendek. Kemudian, pada saat bersamaan pemerintah harus terus mendukung pertumbuhan ekonomi jangka menengah. Itu sebabnya, peningkatan kepercayaan investor memiliki peranan strategis.

Kita melihat situasi perlambatan ekonomi global saat ini diperkirakan masih akan terus berlanjut dalam jangka panjang. Untuk mengantisipasinya, pengeluaran pemerintah (belanja negara) seharusnya diprioritaskan untuk kegiatan yang produktif seperti pembangunan infrastruktur.
Selain itu, pemerintah harus fokus pada progran pengentasan kemiskinan. Penajaman kebijakan bukan hanya secara global tetapi lebih pada tindakan langsung yang dapat menyelesaikan permasalahan itu. Arah kebijakan pemerintah dalam melakukan kegiatan ekonomi sejatinya dapat meningkatkan lapangan pekerjaan, karena hasilnya dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar