Oleh : Muhammad Makhfud
Krisis ekonomi Global adalah
peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan/degresi
dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia.Sebagai contoh bahwa
negara
adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia yang mengalami keruntuhan
besar dari sektor ekonominya. Peristiwa ini mengakibatkan rontoknya perusahaan
keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu. Bangkrutnya
Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham
di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura,
India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen.
Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan
Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street
mengalami kerugian besar.
Antisipasi Dampak Krisis Ekonomi Global
Peringatan Bank Dunia beberapa waktu lalu yang menyatakan adanya
ancaman gejolak krisis ekonomi global sepertinya mulai jadi kenyataan di
negeri ini. "Indonesia tidak dapat menghindar dari dampak penurunan
ekonomi global," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia Stefan Koeberie di
Jakarta (12 /7).
Tentu yang harus menjadi perhatian pemerintah saat ini adalah
volatilitas harga komoditas dunia, terutama harga-harga komoditas ekspor
yang terus mengalami penurunan. Beberapa komoditas ekspor seperti batu
bara, karet, minyak sawit, dan tembaga mengalami penurunaan hampir 20%.
Ini penyumbang melemahnya kinerja ekspor, dan bergeraknya neraca ke
arah defisit perdagangan.
Kenyataan ini diperkuat lagi oleh data Badan Pusat Statistik (BPS)
yang mengungkapkan, neraca perdagangan komoditas nonmigas Indonesia
dengan negara ASEAN selama semester I/2012 mengalami defisit US$727
juta. Padahal pasar ASEAN merupakan tujuan utama ekspor Indonesia.
Namun demikian, Bank Dunia mengapresiasi langkah antisipatif yang
dilakukan pemerintah. Salah satunya mempersiapkan protokol manajemen
krisis (crisis management protocol-CMP). Selain itu, langkah menyiapkan pinjaman siaga juga dinilai sangat baik, khususnya dalam mengantisipasi gejolak saat ini.
Meski demikian, ini bukan berarti ancaman krisis akan berkurang.
Pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah (PR) mempersiapkan rencana
kebijakan fiskal yang baik. Pemerintah harus lebih efisien dalam belanja
guna mendukung kinerja ekonomi dan melindungi masyarakat miskin.
Mau tidak mau, sejumlah langkah itu harus segera dilakukan, sehingga
jika krisis menjalar, pemerintah masih memiliki kepercayaan investor
sehingga pertumbuhan investasi masih bisa diakselerasi tetap tumbuh
positif.
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini
mencapai 6,4%. Apabila krisis ekonomi global terus memburuk, pertumbuhan
diperkirakan bisa tertekan hingga 4%.
Dari gambaran tersebut, kondisi saat ini Indonesia menghadapi
tantangan ganda, yaitu kesiapan mengantisipasi krisis, dan menghadapi
guncangan jangka pendek. Kemudian, pada saat bersamaan pemerintah harus
terus mendukung pertumbuhan ekonomi jangka menengah. Itu sebabnya,
peningkatan kepercayaan investor memiliki peranan strategis.
Kita melihat situasi perlambatan ekonomi global saat ini diperkirakan
masih akan terus berlanjut dalam jangka panjang. Untuk
mengantisipasinya, pengeluaran pemerintah (belanja negara) seharusnya
diprioritaskan untuk kegiatan yang produktif seperti pembangunan
infrastruktur.
Selain itu, pemerintah harus fokus pada progran pengentasan
kemiskinan. Penajaman kebijakan bukan hanya secara global tetapi lebih
pada tindakan langsung yang dapat menyelesaikan permasalahan itu. Arah
kebijakan pemerintah dalam melakukan kegiatan ekonomi sejatinya dapat
meningkatkan lapangan pekerjaan, karena hasilnya dapat mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar